Katakombe
![]() |
(Dok.:www.pelago.co) |
“Mati
kau!!! Hhhh.”
Tak
tahu apa yang ada di dalam benaknya itu. Ia merasa puas akan tindakannya.
Sungguh keji, lagi tak berperikemanusiaan.
Malam yang dingin dan bulan purnama menjadi saksi bisu atas kekejian
yang terjadi.
Malam
yang sunyi, sebuah lilin menyala, menerangi ruangan yang begitu gelap. Di
hadapannya, Veno tertegun, ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
“…Tuhan
kiranya Engkau senantiasa meneguhkan kami. Amin.”
Ditiupnya lilin, kembalilah ia, tidur tuk menyambut hari esok, itupun bila hari esok masih ada untuknya. Ia sulit tidur semalam suntuk. Sungguh sedih nasibnya, tapi siapa orang ini? Namanya Veno seorang muda yang beriman kristiani dan ia sangat teguh akan imannya. Dia tinggal di sebuah ruangan tersembunyi, mungkin tak akan ketahuan kalau ia dan yang lainnya tinggal di situ. Tempat itu gelap, sempit, pengap tapi cukup aman. Katakombe[1] itulah namanya. Lama sudah mereka bersembunyi. Ia dan umat Kristen lainnya. Seiring berjalannya waktu, jumlah mereka makin berkurang. Mereka dipaksa untuk murtad (menyangkal keyakinannya). Jika tidak direnggut pula nyawanya.
Megah sungguh megah, bangunan itu bak surga, sungguh elok nampaknya. Istana
Valhala itulah namanya. Sementara seorang pelayang didalamnya, sedang berjalan
menyusuri sebuah lorong. Sungguh banyak prajurit di lorong itu, gagah tegap
tubuhnya. Pelayan itu menimpa sebuah nampan, dengan anggur di atasnya. Lama
berjalan, dia dihadapkan kepada sebuah pintu besar, nan megah. Dua prajurit
membukakan pintu baginya. Tak jauh dari situ, seorang berbadan besar sedang
bersantai disebuah kolam. Pria itu tak sendiri, ia dikelilingi oleh
wanita-wanita. Tak senonoh perlakuannya pada mereka. Pelayan itupun mendekat
dan berkata.
‘‘Yang mulia ini anggur untukmu.“ Dia menunduk dengan sangat, tak berani ia
menatap pria itu.
‘‘Apa? Anggur? Berikan padaku!“ Kata pria itu.
‘‘Permisi yang mulia.“ Kata pelayan.
‘‘Tunggu! Apa yang baru saja kau katakan tadi? Yang mulia?“
“I.. Iyah yang mulia, Yang mulia Kaisar Valir yang agung.‘‘ Ucap pelayan
terbatah-batah.
“Hhhhh... itu yang benar! Pergi sana!“ Tawanya sungguh mengerikan.
Itulah dia, Kaisar dari kerajaan Valhala, segala kemegahan itu adalah miliknya. Apapun bisa ia perbuat, tak ada
yang berani mencegahnya. Ia sungguh kejam, banyak nyawa orang tak bersalah direnggutnya
dengan paksa. Kristen? Ini adalah hal
yang sangat ia benci. Cukup aneh, karena ayahnya adalah seorang Kristen, tapi
ia menjadi seorang pembenci Kristus. Tak terhitung jumlah umat kristen yang
telah dibunuhnya.
Malam yang dingin, sungguh sunyi, angin berhembus melalui celah-celah
dinding, seolah bernyanyi dalam ruangan itu, hushh...
Terdengar tangisan dibalik pagar-pagar besi. Yah betul saja ada banyak
sekali orang-orang di balik pagar besi itu. Siapa mereka? Pengikut Kristus,
itulah jawabannya. Mereka telah lama mendekap dalam ruangan itu. Mereka didekap
karena iman mereka. Sungguah alasan yang tak jelas.
“…Tuhan
kiranya Engkau senantiasa meneguhkan kami. Amin.” Terucap seuntai doa dari
salah seorang di antara mereka. Tak
ada permintan lain, selain ini. Sungguh setia mereka.
Sungguh ironi kondisi mereka, kurus badan mereka, tampang mereka tak jelas,
terlalu banyak memar di wajah mereka, masih ada darah yang bercucuran bak air
yang mengalir di badan mereka. Sungguh keji lagi tak berperi kemanusiaan.
“Kita tak bisa berdiam diri terus. Kita harus menyelamatkan mereka!!“ Ucap
seorang kristen dengan penuh amarah.
“Ya itu benar! Kita harus menyelamatkan mereka!“ Sahut yang lainnya pertanda
setuju dengan pernyataan orang itu.
“Tenang!! Tenang!! Aku tahu perasaan kalian, tapi kita butuh rencana yang
matang, kita harus bisa meyelamatkan mereka tanpa mengorbankan sesuatu.“ Ucap Veno
menenanggkan yang lain. Veno adalah pemimpin perkumpulan umat Kristen yang
bersembunyi di sebuah katakombe.
Kemudian seseorang dari perkumpulan itu berkata.
“Kita harus menyelamatkan mereka malam ini juga!! Kudengar esok akan
diadakan eksekusi terhadap mereka.“
Mendengar
hal itu, semua orang semakin cemas, banyak yang menangis, tak tahu harus
berbuat apa. Ditengah kepaniakan itu, Veno berkata,
“Kita
harus mengambil tindakan, aku ingin semua orang muda tinggal di sini dan yang
lainya tunggu di luar. Aku akan membebaskan saudara-saudara kita.”
“Yahh
itu benar, semoga Tuhan menyertai kalian.” Ucap seorang ibu.
Setelahnya,
di situ tinggal Veno dan kaum muda. Mereka berdiskusi panjang tentang hal yang
akan mereka lakukan untuk membebaskan tahanan yang akan dieksekusi esok.
Usailah
sudah
“Serangg!!!!!”
Teriak Veno mengerahkan pasukan yang seadanya.
Malam
itu sangat gelap, hanya ada beberapa prajurit yang menjaga para tahanan. Dengan
cepatnya, diringkus semua prajurit-prajurit Valhala. Mereka kemudian kabur dan
membebaskan para tahanan. Mereka berpikir bahwa mereka telah aman, namun
tiba-tiba banyak prajurit-prajurit berkuda yang mengejar mereka. Panik akan
kejadian yang terjadi, mereka memacu kuda secepat-cepatnya.
“Cepat!!!
Kita dikejar!!” Teriak veno.
Tak
bisa dipungkiri, kuda-kuda milik prajurit-prajurit itu lebih cepat. Jarak
mereka sangatlah dekat, sementara markas persembunyian umat Kristen sudah
dekat. Veno tak ingin markas mereka ketahuan. Tanpa pikir panjang, ia putar
balik dan langsung menghadapi puluhan prajurit Valhala. Ia bertarung dengan
gagah, ia menghabisi banyak prajurit valhala. Namun tak bisa dipungkiri, ia
bukan tandingan prajurit-prajurit yang banyak itu. Ia dihujam banyak sekali
pedang, tombak dan panah. Sesaat sebelum ia meninggal, ia berkata
“Usailah
sudah, Tuhan ke dalam tangan-Mu kuserahkan Nyawaku.”
Kelas XII IPA
[1] Katakombe adalah sebutan untuk kuburan bawah tanah yang biasanya
digunakan oleh orang yahudi untuk menempatkan jenazah. Lalu seiring berjalannya
waktu, sekitar abad ke-2 dan ke-3 katakombe digunakan oleh umat Kristen untuk
bersembunyi dari kekejian kaisar Roma saat itu, Kaisar valerianus.
Komentar
Posting Komentar