Krisis Berpikir Kritis
Dari sejarah pembentukan Pancasila, dapat diketahui bahwa berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh semua orang. Robert Ennis, seorang filsuf Amerika mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan penalaran mengenai keyakinan dan tindakan yang masuk akal dan berkonsentrasi pada memutuskan apa yang dipercayai atau yang dilakukan. Sementara menurut Cece Wijaya, berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Sederhananya, berpikir kritis adalah cara berpikir yang rasional dengan mempertimbangkan segala sudut pandang dan fakta yang ada, sehingga menghasilkan suatu keputusan objektif.
Banyak manfaat yang akan dirasakan oleh seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Dilansir dari Gramedia.com, ada beberapa manfaat berpikir kritis, yaitu mampu melihat masalah dari berbagai perspektif, bisa diandalkan, mandiri dalam menghadapi persoalan, mampu menemukan ide dan peluang baru, mampu berpikir jernih dan rasional, kemampuan adaptasi meningkat, keterampilan bahasa dan presentasi meningkat, kreativitas meningkat, dan mengembangkan diri. Sedangkan dilansir dari laman Institut Teknologi Batam (Iteba) via Kompas.com, terdapat 6 manfaat berpikir kritis bagi mahasiswa, yaitu jadi lebih open minded atau terbuka untuk perbedaan pendapat, masalah mudah selesai, salah persepsi diminimalisir, mengetahui kemampuan diri, mampu berkomunikasi lebih baik dan yang terakhir tak mudah dimanfaatkan orang lain. Dilihat dari manfaat-manfaat sebelumnya, berpikir kritis sangatlah penting untuk dimiliki oleh semua orang, khususnya para pelajar, dalam mengolah informasi-informasi yang ada.
Namun sayangnya, kebanyakan pelajar zaman sekarang mengalami krisis kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditandai dari beberapa sikap seperti malas tahu. Pelajar yang malas tahu akan menerima begitu saja informasi yang mereka dapat tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Inilah yang menyebabkan berita-berita hoaks mudah tersebar. Tanda yang lain adalah tidak memiliki pendapat sendiri. Pelajar-pelajar ini memiliki kebiasaan copy paste, sebab mereka tidak memiliki data yang cukup untuk menyampaikan suatu pendapat. Berdasarkan sebuah jurnal dengan judul, “Kemampuan Membaca Kritis Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Membaca pada Siswa Kelas VSD Kristen Harapan Denpasar”, data dapat diperoleh salah satunya melalui membaca yang juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis seseorang. Tanda berikutnya adalah tidak memiliki rencana jangka panjang. Pelajar-pelajar seperti ini akan lebih sering bermain-main dan melakukan fun activity lainnya dibandingkan belajar. Mereka tidak mempertimbangkan resiko-resiko dari perbuatannya yang akan diterima di kemudian hari. Inilah salah satu penyebab masih banyak pelajar di Indonesia yang mendapat nilai buruk di sekolah. Selain tiga tanda sebelumnya, tanda lain seseorang tidak berpikiran kritis dilansir dari golife.id adalah mudah bereaksi menggunakan emosi secara langsung, stress dan kehabisan energi, mudah dimanipulasi oleh orang lain, mudah goyah dan tidak stabil.
Berdasarkan argumen di atas, sangatlah urgent bagi pelajar-pelajar untuk melatih kemampuan berpikir kritis mereka. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan berpikir kritis adalah :
Banyak membaca bacaan yang bermanfaat
Banyak membaca berarti banyak mendapatkan informasi. Namun kita harus melatih otak kita untuk menentukan mana bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita. Selain itu, dengan memahami bacaan yang dibaca, kemampuan berpikir kritis dengan sendirinya akan meningkat.
Banyak berdiskusi
Sharing ide dan pengetahuan akan membuat kita terbuka dengan hal-hal baru dan juga kita dilatih untuk memahami jalan pikiran teman diskusi.
Banyak bertanya
Informasi yang diterima dapat diperiksa kebenarannya dengan bertanya ke banyak pihak. Selain itu, kita pun mendapatkan pengetahuan baru yang dapat menjadi dasar dalam membuat argumen-argumen.
Kurangi bermain game, menonton film berlebihan, dan begadang
Aktivitas-aktivitas ini harus dikurangi sebab jika dilakukan secara berlebihan dapat menurunkan fungsi otak. Padahal otak adalah sarana utama untuk berpikir. Banyak sumber informasi terpercaya yang dapat mendukung argumen ini.
Maka sudah saatnya bagi kita, khususnya kaum pelajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini akan memudahkan kita dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
Penulis: Gorbi Naring (XI IPA)
Komentar
Posting Komentar